Selasa, 27 Oktober 2009

APLIKASILAH ISLAM ITU SECARA KAFFAH, ATAU TINGGALKAN SAMA SEKALI AGAR TIDAK TIMBUL FITNAH TERHADAP AGAMA YANG HAQ TERSEBUT





Bismillaahirrahmaanirrahiim

And We have indeed made the Qur'ân easy to understand and remember,
then is there any one who will remember
(or receive admonition)?
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an
untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(QS, al Qatar (54) : 17, 22, 32, 40)





Apa yang digoreskan bung Win Wan Nur ini sungguh baik sekali buat mereka mereka yang masih memiliki hati nurani, hingga berdaya upaya untuk menyelesaikan persoalan Acheh - Sumatra secara Islami. Sebetulnya di Acheh sejak dulu termasuk jaman Iskandar Muda belum Islami secara Kaffah. Salah satu buktinya pernah diangkat bung Win ketidakbenarannya pakain yang digunakan Cut Nyakdhien walaupun ada pihak yang membantah secara fanatik buta bahwa pakaian cut Nykadhien yang sebenarnya tidak demikian.


Islam itu kaffah. Hal ini sesuai firman Allah:"Hai orang-orang yang beriman, masuk lah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut lang kah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagikamu" (QS, 2 : 208)


Berbicara Islam Kaffah adalah berbicara Islam bersystem. Mustahil Islam itu bisa Kaffah tanpa existnya System. Justru itulah bila kita bersungguh -sungguh hendak berbicara atas nama Islam, kita harus memperjuangkan Systemnya terlebih dahulu, bukan hukum rajam sebagaimana di sorot bung Win diatas. Apabila kita telah ber hasil memperjuangkan system Islam, yang pertama dipikirkan adalah finansial Rak yatnya. Apa bila finansial rakyatnya terabaikan, itu namanya bukan system Islam tapi system hipokrit/taghut zalim macam Hindunesia dan cabangnya nampak ”rin dang” ke Tanah Rencong.


Lihatlah bagaimana yang namanya ulama dan mendapat jempolan orang mayoritas, ternyata ketika kita ambil ayat Allah sebagai acuannya, mereka bukan ulama tapi penghardik anak yatim atau pendusta Agama sesuai ayat yang diforward bung Win. Kalau istilah saya, mereka itu adalah "bal'am". Ini adalah nama seorang ulama yang memihak penguasa di zaman Nabi Musa dan Harun. Justru itu MUI DAN MPU bu kanlah majelis ulama tapi majelis Bal'am dan untuk lebih jelas katakan saja majelis u lama gadongan yang berkedok agama.


Bayangkan betapa hancurnya sudah Acheh - Sumatra kalau ulama saja termasuk pendusta agama sementara mayoritas penduduk Tanah Rencong mengira mereka itu ulama dan tundukpatuh pada mereka. Ilmu apakah yang mereka kaji diseluruh pesantren di Acheh?


Saya pernah menulis di Internet bahwa barang siapa yang tidak mengenal Ulama sama dengan tidak mengenal Islam itu sendiri. Justru itulah kita menyaksikan komunitas yang mengaku Islam macam Indonesia dan Acheh - Sumatra sekarang realitanya tidak berbeda dengan komunitas non Islam dan malah jauh lebih unggul komunitas non Islam macam Norwegia, Swiden dan Denmark, dimana negara yang saya sebutkan belakangan ini tidak pernah ada anak yatim yang terlantar, tidak pernah ada orang yang tidak cukup makan, tidak pernah ada orang sakit yang mati tanpa terobati. Jadi berdasarkan argument ini berarti komunitas yang dinamakan Islam Indonesia, Islam Acheh dan komunitas lainnya diseluruh Dunia, dimana penduduknya banyak yang mati kelaparan, sakit takterobati, anak yatim yang diexploitasi dipesantrenpesantren, sesungguhnya bukan komunitas Islam tapi hipokrit atau munafiq. Ini memang sangat menyakitkan sama sakitnya dengan judul yang ditulis bung Win: "Hiruk Pikuk "Syariat Islam" di Negri Para Pendusta Agama"


Nah para pembaca sekalian, berlapang dadalah terutama sekali orang Acheh yang terlanjur memuji diri sendiri, ternyata kosong dari ide Islam. Apa bila hal ini kita sadari dan mau bertaubat, mulailah dengan meluruskan UUPA made in Hindunesia yang hipokrit itu kepada UUPA sesuai hasil perjanjian Helsinki. Untuk ini kita per cayakan aplikasinya kepada Bang Hasbi. Beliau sepertinya memiliki potensial untuk hal tersebut. Melaui jalan itulah kita berkemungkinan untuk bangkit mendirikan Sys tem yang redha Allah. Kalau tidak apapun tulisan ilmiah yang dicanangkan setiap lembaga di Tanah Rencong adalah bohong belaka. Mereka itu kita ketahui sangat me muji "ulama". Kalau ulama itu ternyata pendusta agama konon pula mereka yang il miah gadongan itu dapat diharapkan untuk memperjuangkan berdirinya negara yang redha Allah. Mereka menggunakan tulisan ilmiahnya untuk bissinis bukan untuk mencerahkan pemikiran kaum dhuafa.


Tsunami yang terjadi di Acheh sesungguhnya peringatan Allah kepada kaum yang mendustakan agama. Semoga tulisan yang sangat singkat ini minimal dapat menjadi bahan renungan, buat orang-orang Acheh yang konsisten dalam perjuangan. Se mentara orang-orang Acheh yang memanfaatkan momentum perjanjian Helsinki untuk memperkaya diri (baca perangai cangkul, menimbun kedepan sendiri), musta hil dapat diharapkan dan mereka ini sudah barang pasti macam cacing dalam kepa nasan ketika menanggapi tulisan hsndwsp ini. Mereka ini akan mengalami hukuman Allah secara pasti di suatu saat nanti, kecuali mereka yang mau bertaubat sebelum terlambat.


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Tampok Donja


....................


From: winwannur winwannur@yahoo.com

To: IACSF@yahoogroups.com

Sent: Tue, October 27, 2009 8:37:06 AM

Subject: [acehkita] Hiruk-pikuk Syari'at Islam di Negeri Para Pendusta Agama



Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
(QS : 107 ayat 1-3)


Sejujurnya, saya bukanlah jenis orang yang suka menggunakan tafsiran teks ayat-ayat suci sebagai basis argumen. Karena itulah tiga ayat Al Qur'an di atas saya tuliskan di sini bukan untuk beradu debat soal penafsirannya tapi tidak lain hanya sebagai ilustrasi, tentang betapa ayat-ayat yang dipercaya suci dan dipercaya berasal dari Tuhan sendiri pun pada penerapannya sebenarnya tidak pernah bisa dilepaskan dari cara pandang, selera dan hawa nafsu manusia yang sama sekali tidak bersifat Ilahiah.

Tiga ayat di atas sengaja saya kutip di awal tulisan ini karena di Aceh negeri saya, belakangan ini saya melihat beberapa kalangan begitu antusias untuk memberlakukan hukum-hukum Tuhan yang ketat dan tanpa kompromi untuk menjatuhkan hukuman bagi beberapa kasus. Sementara anjuran Tuhan yang lain mereka abaikan.

Berkaitan dengan tiga ayat yang saya kutip di atas.
Bencana tsunami yang meluluh lantakkan Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan ratusan ribu orang telah membuat ratusan ribu anak Aceh menjadi yatim yang kehilangan orangtua dan juga rumah. Hal ini membuat banyak orang yang ada di berbagai penjuru Aceh yang terpikir untuk mendirikan panti asuhan untuk menampung anak-anak yatim itu.

Saat saya meninggalkan Takengen tahun 2003 silam, di kota kelahiran saya ini baru ada dua panti asuhan untuk menampung anak yatim. Satu milik pemerintah yang terletak di Kemili dan satunya lagi milik swasta terletak di Paya Tumpi. Saya sendiri pernah cukup lama menghuni salah satu panti asuhan tersebut.

November tahun lalu saya kembali ke kota ini, saya saksikan jumlah panti asuhan di kota ini tumbuh dengan drastis seperti jamur di musim hujan. Salah satu dari panti asuhan baru yang didirikan pasca tsunami tersebut bernama Panti Asuhan Yayasan Noordeen. Terletak di Dedalu, sebuah desa di tepi danau Laut Tawar, 2 kilometer dari pusat kota Takengen.

Panti Asuhan ini dikelola oleh Bapak Syamsuddin A.S, mantan pengurus panti Asuhan Budi Luhur, panti yang sempat saya huni dalam waktu yang cukup lama. Gedung Panti Asuhan ini didirikan di atas tanah milik pribadi Bapak Syamsuddin A.S, di atas puing-puing rumah pribadi beliau yang dulu dibangun dengan susah payah yang dengan ikhlas sengaja beliau hancurkan demi berdirinya gedung panti asuhan ini.

Pembangunan gedung dan biaya sehari-hari Panti Asuhan ini ditanggung oleh Givelight Foundation, sebuah yayasan yang didanai oleh muslim amerika yang dibentuk salah satunya oleh Dian Alyan, seorang keponakan Bapak Syamsuddin A.S yang telah menjadi warga negara Amerika dan sekarang bermukim di San Francisco. Dian Alyan yang lulusan IPB ini adalah puteri Gayo asli kelahiran 1965, yang meniti karir di Procter & Gamble Indonesia. Karena kecemerlangannya Dian kemudian ditarik ke kantor pusat Procter & Gamble di Cincinati untuk duduk sebagai brand manager. Tapi beberapa tahun yang lalu Dian memutuskan untuk meninggalkan karirnya yang cemerlang untuk memfokuskan diri kepada kegiatan-kegiatan kemanusiaan melalui Givelight Foundation yang karena terinspirasi keberhasilan proyek panti Asuhan Yayasan Noordeen di Dedalu, sekarang telah membangun satu Panti Asuhan lagi di Kashmir, India.

Karena keterbatasan daya tampung, Panti Asuhan Yayasan Noordeen hanya mampu menampung 58 orang anak. Tapi melalui Yayasan Noordeen Givelight Foundation juga membantu membiayai anak-anak yatim korban tsunami yang tinggal di Panti Asuhan lain di Takengen. Mekanisme pemberian bantuan itu adalah; pengelola panti asuhan memberikan daftar nama penghuni Panti Asuhan yang dia kelola kemudian pengelola yayasan Noordeen mentransfer uang bantuan untuk nama-nama itu ke rekening pengurus panti. Suatu kali pengelola yayasan Noordeen curiga dengan daftar nama yang ada dalam daftar yang diserahkan pengurus Panti Asuhan yang dibantu tersebut karena bertahun-tahun nama itu tidak pernah berubah. Sebagai orang yang lama berkecimpung di dunia panti asuhan, pengelola Panti Asuhan Yayasan Noordeen tahu persis kalau setiap tahun ada anak Panti yang lulus dan meninggalkan Panti. berdasarkan kecurigaan itu beliaupun mengecek kebenaran laporan pengurus panti tersebut ke lokasi panti asuhan itu berdiri. Dan apa yang beliau temukan, ternyata jumlah anak yang ditampung oleh panti asuhan tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan daftar nama anak-anak yang diberikan pengurusnya. Dan fakta yang lebih mencengangkan lagi adalah ternyata kebanyakan dana bantuan tersebut masuk ke kantong pribadi pengurus Panti. Sejak saat itu Yayasan Noordeen hanya mau mentransfer uang bantuan ke rekening pribadi anak yang menerima bantuan.

Saat berada di Takengen, saya juga menyempatkan diri menemui Tengku Ali Djadun. Seorang ulama besar di kota ini yang sangat saya hormati karena saya angap konsisten antara ucapan dan tindakannya dan terkenal tanpa kompromi. Saat saya jumpai beliau menjabat sebagai ketua MPU Aceh Tengah. Dari beliau saya mendapati cerita yang lebih mengejutkan. Menurut Tengku Ali Djadun yang juga mengelola Panti Asuhan Muhammadiyah, eksploitasi anak yatim di kabupaten yang rencananya kalau jadi dimekarkan menjadi provinsi sendiri akan digelari Serambi Madinah ini jauh lebih parah dari cerita yang saya dengar dari Bapak Syamsuddin A.S. Menurut Tengku Ali Djadun, pasca tsunami ada belasan panti asuhan yang berdiri di Aceh Tengah yang mengatasnamakan diri untuk menampung korban tsunami tapi sama sekali tanpa penghuni. Uang dana bantuan yang diperuntukkan untuk Panti Asuhan tersebut sepenuhnya masuk ke kantong pengurus panti.

Berdasarkan kondisi faktual yang ada di Aceh yang menunjukkan fakta banyaknya anak yatim dan ketika anak yatim dieksploitasi sedemikian rupa, jika orang-orang Aceh benar-benar menerapkan hukum atas dasar cinta kepada agama dan menjalankan perintah Tuhan tanpa dipengaruhi selera dan hawa nafsu. Saya pikir orang-orang Aceh tentu mereka akan bergidik ketika membaca ayat Tuhan yang saya kutip di atas dan merekapun akan mencari dasar hukum agama yang kuat untuk menghukum manusia-manusia yang mengeksploitasi anak-anak yatim ini.

Tapi yang terjadi tidaklah demikian, ketika di negeri ini anak yatim dieksploitasi sedemikian rupa Pemda dan DPRK Aceh tengah alih-alih turun tangan. Pemda dengan sepersetujuan DPRK malah menjual lahan dan mesjid milik Panti Asuhan Budi Luhur yang tidak lain adalah panti asuhan tertua di Aceh Tengah. Yang lebih ironis lagi, Tengku Ali Djadun, Ulama ketua MPU yang saya hormati itu pun malah memilih berada di belakang Pemda dan menghardik anak yatim http://www.serambin ews.com/news/ tanah-panti- asuhan-budi- luhur-bukan- milik-yayasan.

Melihat pengabaian dan eksploitasi terhadap anak yatim yang terjadi di bumi Aceh pasca tsunami, melihat bagaimana eksploitasi itu dibiarkan oleh anggota DPRA 2004-2009, pemerintah dan ulama. Jika ayat-ayat Al Qur'an yang saya kutip di atas dijadikan acuan untuk menilai, maka jelas parlemen, pemerintah dan ulama yang ada di Aceh saat ini tidak lain adalah PARA PENDUSTA AGAMA.

Tapi seperti yang sering saya katakan, semua manusia sebetulnya tidak bisa lepas dari subyektifitas pengalamannya sendiri. Hukum yang dibuat manusia pun, meskipun katanya berasal dari Tuhan tapi pilihan atas Hukum Tuhan mana yang diikuti dan diterapkan serta hukum Tuhan yang mana yang boleh diabaikan juga tidak terlepas dari subyektifitas pengalaman manusia itu sendiri.

Misalnya Hukum rajam dipercaya banyak orang adalah hukum dari Tuhan bukan buatan manusia dan karenanya wajib dikuti. Katakanlah asumsi itu memang benar, tapi marilah kita renungkan, siapa yang memilih hukum rajam untuk diterapkan sementara hukum Tuhan yang lain diabaikan?.. .Bukankah manusia sendiri?.

Pilihan tersebut tidak bisa lepas dari subyektifitas pengalaman orang yang memilih itu sendiri.

Kita ambil contoh bapak pengelola Panti Asuhan Yayasan Noordeen. Karena sejak kecil sudah dekat dengan lingkungan anak yatim dikarenakan orang tua beliau juga bekas pengurus Panti Asuhan. Orang seperti bapak pengelola Panti Asuhan Yayasan Noordeen ini percaya Tuhan akan sangat marah jika ada anak yatim dieksploitasi. Orang seperti beliau akan ketakutan setengah mati ketika mendapati ada anak yatim dieksploitasi. Orang seperti beliau ini sering merasa kalau bencana yang banyak terjadi di negeri ini terjadi adalah akibat orang-orang, pemerintah dan ulama di negeri ini tidak mempedulikan anak yatim.

Sebaliknya orang-orang yang dekat dengan penguasa yang otaknya selalu berada di SELANGKANGAN, selalu merasa bahwa urusan SELANGKANGAN lah yang paling diperhatikan Tuhan. Sehingga Hukum Tuhan yang mereka pilih untuk diterapkan dengan ketat pun tidak jauh-jauh dari urusan Selangkangan

Anggota DPRA 2004-2009 bukanlah sekumpulan manusia yang dekat dan memahami permasalahan anak yatim dan orang miskin. Sebaliknya mereka adalah kumpulan orang-orang dengan subjektifitas pengalaman pribadi dekat dengan penguasa dan otak yang selalu berada di SELANGKANGAN. Mereka percaya bahwa berbagai masalah yang terjadi di negeri saya belakangan ini terjadi akibat orang Aceh tidak bisa menjaga SELANGKANGAN.

Dari orang-orang dengan subjektifitas pribadi semacam ini, yang menjadi anggota DPRA 2004-2009 adalah tidak mungkin kita melihat keluarnya pasal-pasal Qanun yang melarang orang 'menghardik' anak yatim ataupun pasal-pasal Qanun yang menganjurkan memberi makan orang miskin. Yang mungkin dihasilkan oleh orang-orang dengan subjektifitas pengalaman pribadi semacam ini hanyalah pasal-pasal Qanun yang berurusan dengan SELANGKANGAN. Terbukti orang-orang inilah yang di luar sidang paripurna mengeluarkan pasal Hukum rajam dalam Qanun Jinayat yang ditolak oleh Gubernur Irwandi.

Di Aceh dan juga di daerah lain yang memiliki komunitas 'ikhwan' dan 'akhwat', penolakan Irwandi ini langsung jadi kontroversi. Para pendukung hukum syari'ah berbasis SELANGKANGAN langsung menghujat Irwandi dengan berbagai cacian, diantaranya ada yang dengan terus terang mengatakan bahwa Irwandi yang menolak menandatangani Qanun ini adalah seorang yang pro Penzina.

Padahal jika para 'ikhwan' dan 'akhwat' ini mau sedikit membuka mata dan tidak pilih-pilih selera dalam menerapkan ayat-ayat Al Qur'an yang mereka percaya suci. Lalu mau menggunakan ayat-ayat Al Qur'an yang saya kutip di atas sebagai referensi. Maka mata mereka akan jelas melihat bahwa, Qanun Jinayat yang sekarang jadi kontroversi ini sebenarnya tidak lain adalah Hukum Syariat produk dari PARA PENDUSTA AGAMA.

Wassalam
Win Wan Nur
www.winwannur. blog.com
www.winwannur. blogspot. com

TERJADINYA KESALAH PAHAMAN AKIBAT MASIH KURANGNYA MEMAHAMI ESENSI ISLAM


Bismillaahirrahmaan irrahiim





Menolak kanun Acheh yang berhubungan dengan jinayah, kedudukan wali nanggroe dan hukum ekonomi ala kapitalis tidaklah berarti setuju berbuat maksiat tapi persoalan Islam kaffah yang belum dipahami oleh penggagas kanun tersebut hingga tujuannya melenceng dari/untuk mencari keredhaan Allah. Kali ini kita kasih contoh yang gampang dipahami walau oleh orang awwam sekalipun.

Negara itu kali ini kita umpamakan "Kebun Raya",dimana didalamnya kita hendak bercocoktanam. Ketika kami bercocoktanam dulu, yang kami pikiri pertama sekali adalah pagarnya yang harus mantap, agar babi-babi liar nanti tidak berdaya njelonong kedalamnya. Setelah kami tancapkan tiang yang kokoh, lalu kami ikat bambu sementara dibawahnya kami gunakan kawat beronjong agar bukan saja babi hutan yang tidak berdaya untuk masuk, tapi juga biawak - biawak liar sekalipun. Nah setelah itu barulah aman apa saja yang kami tanam didalamnya.

Apakah terlalu sukar dipahami oleh orang'orang yang masih ngotot untuk menerapkan Syariat gadongan di Tanah Rencong? Hukum yang akan diterapkan di Acheh - Sumatra umpama tanaman termaksud. Jadi agar tanaman tersebut aman dari gangguan binatang liar, diperlukan pagarnya dulu yang kokoh. Pagar yang kita maksudkan adalah systemnya. Bagaimana mungkin di Acheh - Sumatra hendak diterapkan hukum Islam sementara Negaranya atau systemnya belum Islami, dimana masih di dalam bingkai system Taghut Indonesia zdalim, hipokrit dan korrupt. Dapatkah anda memotong tangan para koruptor dari pegawai negri dan pejabat di Acheh - Sumatra sementara untuk mereka masih diberlakukan hukum Nasionalnya Indonesia? Bukankah nantinya justru orang yang masih lemah ekonominya saja yang menjadi korban? Ini belum lagi kita bicara jinayah yang dilakukan para tentara dan polisi.

Islam itu adalah rahmatan lil alamin. Hukum Islam memerlukan systemnya. Apabila system telah mampu kita dirikan, belumpun semua hukum dapat diterapkan dalam waktu yang bersamaan. Contohnya hukum potong tangan, minimal hanya dapatditerapkan kepada para koruptor dulu, sementara pencuri, dimana mereka mencuri disebabkan kehidupan mereka yang begitu menderita tidak dapat diberlakukan hukum potong tangan. Kapan juga hukum itu diberlakukan? Setelah finansial rakyat keseluruhan tercapai. Jadi System Islam harus berdaya upaya finansial rakyatnya dulu tercapai baru kemudian berbicara hukum potong tangan. Inilah yang belum dipahami pihak Internasional yang notabenenya Non Islam dan kaum hipokrit Indonesia di Tanah Rencong.

Jadi biarpun adanya hukum potong tangan dalam Islam, rakyat dalam systemnya gak pernah terpotong tangannya, kenapa? Sebabnya semua orang merasakan bahwa negara tersebut adalah milik mereka. Buktinya harta kekayaan negara bukan hanya dinikmati oleh penguasa negara dan pegawai negeri tapi juga non pegawai negri (baca rakyat jelata). Mereka inipun mendapatkan jaminan kesehatan dan gaji pensiunnya sebagaimana kami saksikan di Norwegia, Danmark dan Swedia. Dari itu mereka pantang melakukan hal yang bertentangan dengan hukum. Rakyat melihat dengan jelas bahwa pemimpin mereka benar-benar pemimpin bukan penguasa. Mereka dipimpin untuk mencari redha Allah. Pemimpin mereka tidak ada yang berperangai "cangkul", menimbun kehadapan dirinya saja sementara mereka berkawok-kawok ke seantero Dunia bahwa mereka telah merdeka, ironisnya mayoritas rakyatnya hidup menderita. Yang kaya makin kaya, yang maskin makin maskin. Hal ini dapat kita saksikan dalam system Taghut Hindunesia dhalim, hipokrit dan korrupt. Penyakit yang cukup ngeri tersebut hendak mereka kekalkan di Tanah Rencong dengan ujicoba syariat Pura-pura atau hukum laba-laba.

Demikianlah alasannya syariat Islam belum dapat diterapkan di Tanah Rencong, yakni disebabkan belum tegaknya system bukan disebabkan tidak sesuai dengan hukum Hindunesia (baca hukum nasional taghut Indonesia) dan hukum Internasional. Disinilah kelirunya alasan Irwandi dalam penolakannya. Kita orang beriman diperintahkan Allah agar hanya takut kepada Allah sebagaimana firmannya berikut ini: " . . . . . . .Oleh karena itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar keterangan-keterang an-Ku dengan nilai yang rendah. Barangsiapa yang memutuskan perkara bukan menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah kafir. (QS, 5 : 44)

Dalam ayat tersebut diatas Allah memperingatkan kepada orang yang benar Imannya agar tidak takut kepada manusia (baca manusia yang tidak beriman kepadaNya, macam orang-orang yang bersekongkol dan terikat dengan hukum Taghut Indonesia), sebaliknya Allah pesankan agar takut kepadaNya. SeruanNya itu sudah barang pasti diterima hanya oleh orang yang beriman saja, sedangkan orang yang tidak beriman pasti menolaknya dengan argumen "hikayat musang". Ke 2 Allah memperingatkan agar hukum yang diturunkanNya itu untuk kemuslihatan manusia di planet Bumi tidak digantikan dengan nilai yang rendah (baca hukum taghut). Ke 3 Allah menyatakan bahwa yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah adalah kafir. Berdasarkan surah al Maidah ayat 44 ini jelas bahwa siapapun yang bersatupadu dalam Taghut Indonesia adalah kafir, kendatipun mereka masih melakukan shalat sekalipun. Justru itu tidaklah mengherankan kalau mereka menolak hukum Allah.

Kesimpulannya, Irwandi benar dengan ketegasannya tidak meng acckan kanun tersebut disebabkan systemnya belum kita bangun. Hukum Islam itu pastinya mutlak kebenarannya, tinggallagi kita harus mampu memahami Esensi Islam Kaffah sebelum kita menerapkannya. Kalau hukum Islam hendak kita terapkan dalam system Indonesia di Acheh sama seperti kita hendak menempatkan kerbau atau sapi dalam kandang harimau atau hendak menempatkan kambing dalam kandang serigala. Barangkali Irwandi takut kepada penguasa Indonesia, hingga mengemukakan alasan yang keliru, sementara ketegasannya dalam menolak hukum jinayah itu 100 persen benar dan tepat.

Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra

Sabtu, 17 Oktober 2009

HUKUM MENUTUP AURAT/BERJILBAB, NYAKNI PAKAIAN WANITA YANG LONGGAR DAN TIDAK TEMBUS PANDANG PLUS KERUDUNGNYA ADALAH WAJIB




INI KEMAJUAN WANITA DI REPUBLIK ISLAM IRAN
KAUM WANITA JUGA DAPAT BEKERJA HAMPIR DISEGALA BIDANG TERMASUK MENGEMUDI HELYCOPTER SEPERTI WANITA INI.







ISLAM ITU KAFFAH (KESELURUHAN)
KITA BUKAN ”MENJAHIT KERAH BAJU” SAJA TAPI ”MENJAHIT BAJU”
YANG LENGKAP.
JUSTRU ITULAH ORANG - ORANG YANG BERIMAN 

DIPERINTAHKAN ALLAH SWT 
UNTUK 
MENDIRIKAN SYSTEM.
TAMPA SYSTEM 

ISLAM AKAN HILANG ESENSINYA
hsndwsp
Acheh - Sumatera



(INI ADALAH)
SATU SURAH YANG KAMI TURUNKAN DAN KAMI WAJIBKAN
(MENJALANKAN HUKUM - HUKUM YANG ADA DI DALAMNYA)
DAN KAMI TURUNKAN DI DALAMNYA AYAT - AYAT YANG JELAS
AGAR KAMU SELALU MENGINGATINYA
(QS, ANNUR 1)


”Assalamu'alaikum Tengku, bagaimana hukumnya orang yang membuka aurat didepan umum, misalnya buka jilbab oleh seorang muslimah? Mohon jawaban dan mohon kirim di blogpos dan fb saya. terimakasih wassalamu'alaikum wr. Wb”. (Ismail Asso dari West Papua, Wednesday, 4: 05pm)


hsndwsp Acheh - Sumatra, menjawab:
Ada dua hal yang mendasar dari pertanyaan bung Ismail ini. Pertama Aurat perempuan. Kedua aturan Islam dalam hal berpakaian serta hukum atas pelanggarannya.


Pertama berbicara aurat perempuan, yakni apa saja yang datang dari sisi perempuan yang telah baligh, yang dapat membuat lawan jenisnya teransang.. Dalam hal ini Allah telah menganugerahkan kelebihan kepada kaum wanita dimana tubuh mereka sangat indah dan sensitif bagi lawan jenisnya (baca kaum lelaki) Menurut Surah an Nur ayat 30 dan 31, seluruh tubuh orang perempuan adalah aurat. Artinya bahagian apa saja dari tubuh wanita akan membuat daya tarik bagi lelaki yang normal. Berdasarkan persepsi seperti ini orang perempuan tidak dibenarkan keluar rumah, kecuali terpaksa, minimal ada keperluan yang wajar dengan syarat menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Perlu diingat bahwa wajah, telapak tangan dan kaki juga aurat tapi Allah memberikan kemudahan dalam beragama, tidak menyusahkan. Andaikata tidak dibenarkan nampak wajah, akan sedikit mengganggu pandangan dan pernafasan dan apabila telapak tangan musti tertutup akan mengalami kesukaran ketika mengambil sesuatu, demikian juga telapak kaki membuat kemudharatan bagi wanita yang bekerja di kebun atau diladang.




Kalau dikatakan aurat itu apa saja yang membuat lawan jenisnya tertarik, suara perempuanpun adalah aurat juga. Dari itu wanita yang balikh tidak boleh berbicara dengan non mukhrim kecuali dibelakang tabir atau ada keperluan yang wajar dan dapat dipastikan tidak akan mengundang fitnah. Bukti lain bahwa suara wanita juga aurat adalah, tidak dibenarkan wanita Azan baik di Mesjid maupun di Mushalla atau Surau.


Pegangan kita firman Allah Surat An Nur: 30 dan 31
"Katakanlah kepada orang-orang lelaki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat" (QS, an Nur 30)


”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan auratnya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menghamparkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya hingga diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS, an Nur : 31)


Banyak orang yang beranggapan bahwa tutup aurat itu atau berjilbab tidak wajib. Alasan mereka tidak disebutkan kata wajibnya baik di ayat 30 dan 31 surah an Nur maupun ayat 59 surah al Ahzab. Selebihnya mereka melihat kebanyakan isteri dari pejabat kerajaan Saudi Arabia dan Brunai Darussalam tidak berjilbab. Mereka tidak cermat melihat pada permulaan surah an Nur dimana Allah mengatakan bahwa seluruh perintah dalam surah an Nur itu adalah wajib: ”(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya) dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (QS, an Nur : 1) Kemudian yang menjadi i kutan kita bukan isteri pejabat tetapi Isteri para Ulama warasatul ambiya’.


Menurut ayat 30 dan 31 tersebut diatas, setelah tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, masih diperlukan hamparan kain kerudung ke dadanya. Djadi dada wanita adalah diantara hal yang sensitif. Dari itu diperlukan hamparan kain sekali lagi setelah tertutup dengan bajunja. Dengan kata lain kerudungnya itu harus menutupi keseluruhan dadanya. Ada 2 istilah disini. Pertama bahasa Qur-an Khumur yang berarti kerudung, yakni kain yang dapat menutup kepala dan dada kecuali wajah (ruhsah). Kedua bahasa Qur-annya Jilbab (lihat ayat 59 surah al Ahzab) Artinya pakaian yang menunutupi seluruh tubuh wanita, longgar dan tidak tembus pandang plus kerudung tadi.


Selanjutnya perlu kita ketahui bahwa kendatipun telah tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan plus telapak kaki, masih di peringatkan Allah agar tidak menghentakkan kakinya di bumi hingga berakibat pinggul bergoyang. Bergoyangnya pinggul wanita mengundang pikiran yang aduhai bagi lelaki yang memandangnya.


Ketika anda membaca foot notnya Qur-an terjemahan Indonesia disana dikatakan bahwa ada seorang wanita di kebun kurma menghentakkan kakinya di tanah hingga berbunyilah perhiasan yang tersembunyi dibalik pahanya (baca gelang kaki). Ini adalah keterangan yang keliru menurut saya. Kalau yang mereka maksudkan itu perhiasan Emas atau gelang kakinya, apa urusan gak bisa dilihat, kecuali gak boleh dilihat oleh pencopet atau pencuri. Jadi yang benar perhiasan yang dimaksudkan Allah disana adalah aurat. Justru itu gerak jalan yang di lakukan di sekolah SLTA, SLTP, PGAN 6TH, MTSEN, MAN dan sebagainya adalah perbuatan yang dikutuk Allah /(baca haram) Itulah kerjanya System Taghut Hindunesia.


Kalau seorang wanita hanya menutup aurat saja sementara pergaulannya bebas macam kaum lelaki sama juga belum menutup auratnya. Dengan kata lain betapa banyak wanita yang berjilbab tapi disisi Allah belum termasuk yang menutup aurat, Hal ini sebagaimana Rasulullah katakan, betapa banyak orang yang berpuasa namun mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Juga betapa banyak orang yang Shalat tapi shalat mereka dikecam Allah sebagaimana dalam surah al Ma’un: ”Fawailul lil mushallin” (Celakalah orang-orang yang shalat) Kenapa? Itulah shalatnya orang-orang yang bersatupadu dalam system taghut yang dhalim, hipokrit dan korrupt, dimana shalat mereka tidak dapat mencegah mereka dari berbuat maksiat. ”As Shalatu tanha ’anil fahsyai wal mungkar” (Hadist Rasulullah)


Perlu juga diketahui bahwa Islam itu Kaffah. Artinya keseluruhannya. Jadi persoalannya kita bukan ”menjahit kerah baju saja” tapi ”menjahit baju secara lengkap” Untuk itulah orang-orang beriman diperintahkan Allah untuk mendirikan System. Tanpa system, Islam akan mengalami dekaden. Sesungguhnya Islam itu bersystem.


Kita tutup tulisan ini dengan surah Al Ahzab : 59 Perintah menggunakan jilbab buat isteri-isteri Nabi, anak - anak perempuan Nabi dan isteri - isteri orang mukmin:
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri - isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri - isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Al Ahzab : 59). Jilbab ialah sejenis baju kurung yang longgar dan tidak tembus pandang, menutupi seluruh tubuh plus kerudungnya/khumur (alasytar)

http://dialogsunni-syiah.blogspot.no/2011/03/hadis-tsaqalain-peninggalan-rasulullah.htmlhttp://dialogsunni-syiah.blogspot.no/2011/03/hadis-tsaqalain-peninggalan-rasulullah.html

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
Di Ujung Dunia

Selasa, 13 Oktober 2009

DALAM RENTANGAN SEJARAH YANG BENAR KITA MENEMUKAN FENOMENA - FENOMENA YANG HAQ UNTUK KITA IKUTI


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Titel Imam khusus dalam Islam lebih tinggi daripada titel Nabi umum. Harap digaris bawahi titel Nabi umum. bukan Nabi khusus. Nabi itu sama kemuliaannya dalam pandangan orang mukmin tapi berbeda dalam kapasitasnya. Nabi yang memandu ribuan ummah tentu berbeda dengan Nabi yang memandu ratusan jutaan ummah, apa lagi Nabi yang memandu ummah seluruh Dunia seperti Nabi Muhammad saww. Orang macam Razalipaya pastinya akan bertambah bengong atau confuse ketika membaca keterangan alasytar ini. Dari itu, pertama sekali tariklah kembali pernyataan anda bahwa Qur-an itu bukan pedoman Hidup tapi hukum-hakam. Apabila pernyataan anda itu tidak anda tarik, secara filosofis anda terkeluar dari agama Islam. Jadi buat apa anda macam bercanda dengan alasytar, sementara nasib anda kelak akan terkena timplakan Allah dengan ayat-ayat dalam surah Yasin sendiri, dimana anda dulu pernah mengkordinirnya sebagai alat bacaan hukum-hakam anda bukan sebagai Hudallinnas, petunjuk bagi manusia.

Anda sepertinya seorang pak camat yang mendapat kiriman surat dari atasannya, pak Gubernur. Saat pak Gubernur menanyakan anda (baca Razalipaya) apakah sudah menerima surat saya. Razalipaya menjawabnya: "Ya, Pak! Surat bapak saya baca tiap malam Jum'at kliwon, saya taruk wewangian, saya cium setiap membacanya". "Bagus sekali" kata sang Gubernur. "Tapi itu tanah yang saya suruh cari untuk membangun sebuah balai PKK, mana?", timpa sang Gubernur. Ooo, itu yang belum ada, pak", jawab Lipaya. Lalu gubernur itu memecat Lipaya disebabkan pesan yang ada di surat tersebut tidak dipahaminya, kecuali asik membaca-baca saja.

Nabi Ibrahim disamping mendapat titel Nabi dari Allah juga mendapat titel Imam, demikian juga nabi Muhammad. Hal ini tidak dapat dipahami oleh para ilmuwan yang ersatupadu dala system Taghut Dhalim, Hipokrit dan korrupt, kecuali para Ideolog. Kenabian Muhammad berakhir setelah meninggalnya beliau tapi keimamahannya belum berakhir tetapi diteruskan oleh 12 orang Imam, dimulai dengan Imam Ali bin Abi Thalib dan berakhir dengan Imam Mahdi. Para Imam ini diangkat Allah melalui pengumuman Rasulnya Muhammad saww di Ghadirkhum.

Mereka yang berjumlah 12 orang itu merupakan sebagai hujjah Allah di kolong langit. Andaikata Allah tidak mengutus mereka untuk melanjutkan keimamahan RasulNya, Muhammad Rasulullah, Islam murni itu tidak tersisa lagi, sebagaimana nasib ummah nabi Musa dan ummah nabi 'Isa bin Maryam. Realitanya ummah Nabi Musa dan Harun berpatah balik ketika Musa pergi kesuatu tempat atas perintah Allah. Sepertinya tidak mungkin, bagaimana ummah yang telah diselamatkan dari sepakterjang Fir'un, Karun, Hamman dan Bal'am itu dengan mudahnya terpengaruh kepada si Samiri, meninggalkan Nabi Harun, wakil Musa as. Kalau fenomena ini mampu kita analisa kita juga tidak sebengong Razalipaya ketika membaca tulisan alasytar tentang berpatah baliknya ummah Muhammad, tidak mengikuti Imam yang di tunjuk Allah dan Rasulnya (baca Imam Ali serta 11 Imam lanjutannya) setelah peresmiannya Imam Ali di Ghadirkhum.

Sehubungan dengan pengangkatan Imam Ali as di Ghadirkhum, semua para jamaah yang barusaja menyelesaikan Haji Wada', berbaiat kepada Imam 'Ali, kecuali Umar bin Kattab, dimana bukan hanya menjabat tangan Imam Ali tapi juga berkata: "Tahniah ya Abbal Hasan, anda sudah menjadi Imam kaum Muslimin dan Muslimah. Ironisnya setelah itu membuat rapat gelap dibelakang Ka'bah bersama Abubakar, Usman dan kawan setia lainnya. Perjanjian apa yang mereka buat dibelakang Ka'bah? Menjauhkan Imam Ali dari kedudukannya sebagai Khalifah yang sah. Inilah sebabnya mereka yang sering menentang Rasulullah itu berakibat sangat fatal ketika sakratul maut (baca kitab Sulaim bin Qais Al Hilaly atau kitab Akhirnya Kutemukan Kebenaran)

Orang macam Razalipaya itu sebaiknya hati-hati dalam menganggapi tulisan orang yang tidak dia ketahui kecuali fanatikbuta, mengikuti, endatunya yang sesat sebagaimana firman Allah berikut ini: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Q.S, al Baqarah. 2 : 170)

Allah juga berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (Q.S, al Maidah. 5 : 104)

Selanjutny baca juga firman Allah yang diulang sampai 3 kali: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"(QS, al Qatar (54) : 17, 22, 32, 40)

Yang dimaksudkan kedudukan Imam lebih tinggi daripada nabi yang diutus disini adalah nabi yang umum. Hal itu sesuai dengan Al Qur-an yang menyebutkan kisah hidup Nabi Ibrahim bahwa setelah diberikan percobaan dengan nyawa, harta dan anak, Allah bermaksud untuk meninggikan lagi kedudukannya. Disebabkan Nabi dan panggilan Khalil tidak menggambarkan kedudukan yang lebih tinggi, maka kedudukan Imam lah yang lebih tinggi dimana nabi juga boleh dianugerahkan dengannya.

Allah berfirman: „Dan apabila Tuhannya mencoba Ibrahim dengan perkataan tertentu, dia dapat melaksanakannya, Dia berfirman: `Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu Imam atas manusia`. Ibrahim berkata:`Dan keturunanku juga?. Janji Ku tidak termasuk mareka yang dhalim“ (Q.S 12: 124) Ayat ini menunjukkan kedudukan Imam, dan juga membuktikan bahwa derajat Imami lebih tinggi dari derajat Nabi, sebab kedudukan Nabi Ibrahim telah dinaikkan dari Nabi kepada Imam. Perlu diketahui bahwa nabi Khusus lebih tinggi derajatnya daripada nabi Umum. Nabi Muhammad adalah Nabi Khusus yang tertinggi diantara nabi-nabi Khusus lainnya.

Para Malaikat jangankan dibanding dengan para Imam, dengan nabi Umum saja lebih rendah kedudukannya. Kita yang masih lemah kemampuan berfikir memang agak tercengang ketika ada orang yang mengatakan bahwa para Malaikat lebih rendah dari Manusia Representant (baca Imam), sebagaimana pernah diungkapkan Imam Khomaini. Kemungkinan besar hal ini disebabkan mereka memfokuskan pada bahan baku yang digunakan untuk membuat para Malaikat dari Sinar sementara Manusia termasuk Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus berasal dari tanah yang hina dipijak manusia setiap hari. Mereka lupa kalau Spirit Allah yang dikombinasikan dengan tanah tadi membuat setengah manusia (baca Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus) lebih unggul daripada para Malaikat. Hal ini dapat kita lihat dalam Al Qur-an ketika Allah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang Khalifah (baca wakil Tuhan, nabi Umum), para Malaikat menanyakan kenapa Allah menjadikan manusia yang nantinya akan mengadakan kerusakan dan pertumbuhan darah. Sepertinya para Malaikat mengatakan kenapa tidak mereka, yang akan menjadi khalifah Nya yang senantiasa bertasbih dan memujinya. Ternyata Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui para Malaikat. Lalu Allah membuktikan pernyataan Nya itu. Ketika para Malaikat bernegosiasi dengan Nabi Adam ternyata Adam lebih unggul daripada Para Malaikat.

Namun patut kita salut kepada para Malaikat bahwa ketika terbukti mereka kalah dalam negosiasinya, langsung mengakui nya dengan mengucapkan: „Maha suci Engkau ya Allah kami tidak mengetahui kecuali yang telah Engkau ajarkan“. Sementara manusia kebanyakan tetap membeladiri secara membabibuta. Setelah terbukti keunggulan nabi Adam dalam negosiasinya, Allah memerintahkan kepada seluruh Malaikat yang dibuat dari Sinar dan dari Api agar sujud kepada Adam. Ketika itu seluruh Malaikat yang dijadikan dari Sinar tundukpatuh kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam kecuali „Malaikat“ yang dijadikan dari Api (Iblis). Mereka berdalih bahwa mereka lebih duluan lahir daripada Adam, mereka lebih mulia daripada Adam yang berasal dari tanah tembikar. Mereka sesungguhnya takabbur, angkuh dan sombong sebagaimana sifat-sifat tersebut dapat dilihat pada kebanyakan manusia yang menukik ketanah, tidak mampu menggapai Spirit Allah, Roh Suci (Q.S. 2 : 30 S/D 34)

Golongan Zaidiyyah, Kaisaniah, Qaddahiyyah, Ghulat dan masih banyak lagi, sesungguhnya bukan Syiah Alawi atau Islam mazhab Jakfari tapi disebut Syi’ah oleh orang-orang yang memusuhi Syi’ah. Hal ini memang seringkali fitnah itu dialamat kan kepada Syi’ah Imamiah 12 ( Mulai dari Imam Ali Bin Abu Thalib s/d Imam Mahdi)

Selanjutnya perhatikanlah apa yang ditulis Razalipaya berikut ini:
"Saidina Ali ra, mempunyai kekayaan satu baju dibadan dan satu baju dijemuran, yang masih kalah bersaingan dengan Abu Zar al Ghifari, yang kekayaannya: Satu baju dibadan sekaligus sebagai kafannya".(Razalipaya, Sun, October 11, 2009 10:07:34 PM)

Secara tidak sadar disini Razalipaya telah menganggap bahwa Imam Ali, penerus keimamahan Rasulullah agar manusia tidak sesat kecuali yang tidak mengikutinya, lebih rendah daripada Abu Dzar Ghifari, salah seorang pengikut setia Imam Ali sendiri bersama Salman al Faraisi dan al Miqdad. Dengan mengikuti Imam Ali as, mereka bertiga ini meraih keimanan tertinggi setelah para Ahlulbayt Rasulullah serta 11 Imam lanjutannya. Disini Razalipaya terdeteksi bahwa dia itu tidak memahami kalau Abu Dzar Ghifari itu sendiri adalah pengikut setia sang Imam.

Ketika Razalipaya sepertinya dengan bangga menyatakan Abu Dzar Ghifari hanya memiliki satu baju dibadan, dia tidak mengetahui sama-sekali ketika berhadapan dengan fenomena tersebut. Benar Abu Dzar Ghifari hanya memiliki satu baju dibadan tapi tahukah dia siapa yang membuat Abu Dzar Ghifari dalam kondisi yang demikian menderita serta mati kelaparan di Rawadhah? Jawabannya pasti tidak. Dia hanya sekedar ikut-ikutan saja mendengar kisah Abu Dzar memiliki hanya satu baju di badannya, sepertinya hendak mengelabui kita bahwa Abu Dzar lebih baik daripada Imam Ali as.

Fenomena ini mengundang seseorang untuk merenungkan tulisan-tulisan yang pernah alasytar tulis baik di milis-milis ini ataupun di: http://achehkarbala.blogspot.com/, http://suaramuslimpapua.blogspot.com/ dan http://ismail-asso.blogspot.com/, kenapa?

Pertama Razalipaya menganjurkan alasytar agar tidak menulis tentang Papua dengan alasan saya tidak tau apapun yang dibuat orang Papua. Dengan membuka blog saudara Ismail Asso dan Muslim Papua, baru Razalipaya sadar kalau alasytar punya hubungan yang baik dengan Papua. Kedua Razalipaya meminta saya juga agar tidak mencerca Saidina Abu Bakar, dengan dalih bapak mertua Nabi Muhammad saww, Saidina Umar bi Khatab dan Saidina Usman bin Affan, anak menantu Nabi. Dia tidak sadar kalau Abu Lahab secara darah juga pamannya, namun secara iman dan ideology adalah musuhnya.

Andaikata Razalipaya punya ilmu tentang sejarah Islam yang sesungguhnya, pasti dia tidak menganjurkan alasytar untuk tidak mencaci Usman bin Affan, kenapa? Justru Usman bin Affanlah yang mendhalimi Abu Dzar Ghifari. Makanya tidak wajarkah kita orang yang benar imannya mengutuk orang yang mendhalimi sahabat setia Rasulullah, Abu Dzar Ghifari? Secara filosofis, membela Usman sama dengan mehina Abu Dzar Ghifari. Mampukah anda menganalisa kalimat alasytar ini Razali? Bukankah sepakterjang sebagian orang Acheh - Sumatra, berpelukan dengan tentara dan polisi Hindunesia samadengan telah menghina para pejuang Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon yang telah syahid? Tidak jelaskah kalimat alasytar tersebut?

Lalu mengenai Abubakar dan Umar? Masih perlukah kita jeklaskan lagi sepakterjangnya? Andaikata mereka tidak menjauhkan Imam Ali untuk memimpin ummah sebagai penerus keimamahan Rasulullah sendiri, Muawiyah dan politikus jahatnya, Amru bin Ask tidak akan ada kesempatan untuk berkuasa atas ummah Muhammad saww. Apabila Muawiyah tidak punya kesempatan untuk berkuasa Hadist Nabi tidak akan kita saksikan pemalsuannya kecuali yang benar-benar berasal daripadanya. Apabila Muawiyah tidak punya kesempatan untuk menguasai Ummah Muhammad saww, Islam tak akan menerima pukulan telak di Karbala dan Imam Mahdipun tidak perlu mengalami ghaib syughra dan kubra.

Disini alasytar hendak menjelaskan bahwa itu semua terjadi akibat sepakterjang dari konspirasi jahat mereka, yang dimulainya dengan rapat gelap dibelakang Ka'bah setelah Rasulullah mengumumkan penerus keimamahannya di Ghadirkhum.

Kita tutup tulisan ini dengan ucapan Imam Ali as: "Bukankah Allah tidak pernah membiarkan hamba-hambanya terlepas dari hujjah-Nya? dan siapa lagi selain Ahlul Bayt yang berasal dari ranting-ranting pohon Rasulullah yang diberkati, kelanjutan kelompok pilihan Allah yang telah dijauhkan dari segala kotoran dan telah disucikan-Nya dengan sesuci-sucinya? (QS. 33 : 3), dijauhkannya mereka dari segala penyakit kekufuran, dan diwajibkannya atas setiap Muk'min agar mencintai mereka sebagaimana firmanNya dalam Qur-an: "Katakanlah Wahai Muhammad, aku tidak minta balasan apapun atas risalah yang aku sampaikan pada kalian kecuali kecintaan kalian terhadap keluargaku" (Q.S, as Syura : 23)

Ketika ayat tersebut diatas turun para sahabat bertanya pada Rasulullah saww : "Wahai Rasulullah, siapakah keluarga anda? Siapakah mereka yang wajib dicintai oleh kami?" Rasulullah menjawab: "Mereka adalah Ali, Fathimah dan kedua putranya". Nabi mengulangi jawaban beliau sampai tiga kali.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Jumat, 02 Oktober 2009

HSNDWSP TIDAK BERKIBLAT KE ACHEH - SUMATRA DAN TIDAK JUGA KE REPUBLIK ISLAM IRAN, TIDAK KE TIMUR DAN KE BARAT TETAPI KEPADA ALLAH SWT


TERMASUK BANGSA ARAB SEKALIPUN.
TERINSPIRASI REVOLUSI BANGSA PARSI SEKARANG "RAKYAT"  BANGKIT MENENTANG REGIM - REGIM DESPOTIK DI SELURUH KAWASAN TIMUR TENGAH DAN BAHKAN DUNIA.
hsndwsp  
Acheh - Sumatra


SALMAN AL FARAISI ADALAH PENGIKUT SETIA IMAM ALI AS. BELIAU SAMPAI KEDERAJAT IMAN TERTINGGI SETELAH AHLULBAYT RASULULLAH AS DAN PARA IMAM YANG DIUTUS ALLAH PASKA KENABIAN.
PARA IMAM ADALAH HUJJAH ALLAH BUAT MANUSIA
DI KOLONG LANGIT




Bismillaahirrahmaanirrahiim


Sebelum Islam datang ke Acheh, Hindu dan Budha adalah tuan Rumah di Nusantara ini termasuk Acheh didalamnya. . Ratusan tahun kemudian barulah Islam datang dari Gujarat dan Persia. Dari Gujarat saya tidak begitu fokus disebabkan kurang buktinya, sementara dari Persia bukan saja mendapat dukungan Al Qur-an tetapi juga historis dimana hal tersebut dapat kita pelajari Al Qur-an Surah Jum’at ayat 3, sementara secara historis, Islam berkembang di Parsi paska Syahidnya Imam Hussein di Karbala Irak. Syiah di Acheh juga dapat di deteksi melalui “tanda-tanda” bagi orang yang jujur dan ikhlas serta bertanggung jawab.


Adapun dalil naqli tentang perkembangan Islam di Parsi (baca Iran dan Irak sekarang ini), firman Allah: “Wa akharina minhum lamma yal haqu bihim, wahuwal ‘azizul hakim” (QS, 62 : 3)


Setelah memberitahukan kita bahwa apa saja yang ada di Langit dan di Bumi mengucapkan tasbih kepadaNya (sesuai bahasa yang dimiliki makhlukNya masing-masing) (QS, 62 : 1), Allah juga memberitahukan manusia bahwa Dialah yang membangkitkan seorang Rasul ditengah-tengah (kaum) yang “ummi” untuk mengajarkan kepada mereka (baca bangsa Arab) akan ayat-ayat Nya, ”membersihkan” mereka dari Syirik Dan mengajarkan mereka Kitab (baca Qur-an) dan hikmah (baca ilmu yang diturunkan di Masy’arul Haram), dimana mereka sebelumnya benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata (QS, 62 : 2), Allah melanjutkan ayatNya dengan perihal bangsa Parsi (baca Iran dan Irak sekarang ini).


“Dan kepada kaum yang lain yang belum berhubungan dengan mereka, dan sesungguhnya Dia perkasa dan bijaksana” (QS, 62 : 3). “Demikian lah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS, 62 : 4)


Ketika Rasulullah membacakan ayat 3 surah Jum’at tersebut diatas, para sahabat bertanya: ”Siapakah ”kaum yang lain” yang dimaksudkan Allah dalam ayat tersebut, ya Rasulallah?”, Rasulullah meletakkan tangannya ke atas kepala Salman al Faraisi sambil mengatakan: ” Mereka dari golongan inilah. Andaikata Iman itu berada di bintang Suraiya, mereka sanggup menggapainya” Hadist ini terkenal dikalangan Sunni, sepertinya tidak pernah dikomentari oleh Syiah Imamiyah 12 atau Islam Mazhab Jakfari, khususnya bangsa Parsi sebagai bangsa cikal-bakal, kombinasi dari keturunan Rasulullah (baca Imam Hussein) dan bangsa Aria, ras Jerman unggul.


hsndwsp, Acheh - Sumatra yang sedang menggoreskan isi ”pena” internetnya ini tidak memihak kepada Acheh - Sumatra dan juga tidak memihak kepada RII, tidak ke Barat dan tidak ke Timur tapi kepada Allah swt yang telah menu runkan Kitabnya (baca Qur-anul karim). Sungguh beruntunglah manusa yang senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah dan sungguh celaka lah orang-orang yang fanatikbuta, melihat suatu persoalan dengan menge depankan pikiran yang picik, duluan buruk sangka sebelum menelitinya secara cermat sebagaimana lazimnya hamba-hamba Allah lakukan ketika berhadapan dengan fenomena yang masih asing baginya.


Sejak Syahidnya Imam Ali in Abi Thalib, system Islam yang sempat mengalami “pelintiran” oleh orang-orang yang menyingkirkan peranan Hadist Rasulullah yang murni, akibat ambisius kepemimpinannya, Muawiyah menyulap system tersebut hingga esensi Islam tergusur tuntas. “Islam di tangan penguasa Dhalim bagaikan bahtera terbalik dimana seluruh isinya tertumpas habis“, demikianlah lebih-kurang pernyataan Imam Ali bin Abi Thalib as. System Taghut Muawiyah dilanjutkan oleh anaknya, Yazid bin Muawiyah yang ditentang oleh Imam Hussein beserta keluarganya dan sahabat setianya di medan tempur Karbala. System tersebut dilanjutkan oleh keturunan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb yang terkenal dengan istilah “bani Umaiyah”. Dalam kurun waktu yang demikian lama keturunan Rasulullah senantiasa di fitnah oleh penguasa secara systimatis melalui power system Taghutnya. Siapapun yang berani mengikuti agama Islam versi keturunan Rasulullah akan mengalami nasib yang sama sebagaimana yang dialami keturunan Rasulullah sendiri, di tindas, dianianya, diracun, dibakar hidup-hidup dan dibunuh secara sadis sekali. Kedhaliman yang mereka lakukan atas nama Islam Sunni yang bersatupadu dalam system Bani Umaiyah sebagaimana orang alimpalsu bersatupadu dalam system Hindunesia - Jawa, Arab Saudi, Mesir dan sebagainya dewasa ini, dilanjutkan oleh system Taghut bani Abbaisiyah setelah mereka berhasil meluluhlantakkan system Taghut Bani Umaiyah.


Justru itulah sebahagian pengikut Islam garis keturunan Rasulullah (baca Ahlulbaytnya) terpaksa hijrah ke berbagai negara termasuk ke Acheh - Sumatra, dimana banyak orang Acheh sepertinya masih belum mengenal siapa endatu mereka sesungguhnya. Untuk ini perlu kita buat penelitian kenapa di Acheh - Sumatra banyak sekali nama ahlulbayt Rasulullah seperti Ali, Hassan, Hussein, Jakfar, Musa, Muhammad, Mahdi, Alwi, Kassim, Khadijah, Fatimah, Zainab, Ummi Kalsum, Syaribanun (syahbanu) dan sebagainya. (Silakan baca tulisan DR Hasballah Sa’at untuk lebih jelas lagi). Ada sedikit guyon dari saudara Hasballah bahwa ada orang buta huruf di kawasan Gle Gapui kawasan Acheh - Pidie (Jabbal Ghafur) menamakan ketiga anak lelakinya: Hassan, Maddan dan Hussein. Menurut DR Hasballah Sa’at yang pernah terperangkap sebagai Menteri dalam system Taghut Hindunesia itu orang tua yang buta huruf itu mengira nama 2 cucu Rasulullah “Hasan dan Hussein”, “dan” nya sebagai nama juga hingga nama anak ke 2 di beri nama “Maddan”. Padahal dan itu kan kata hubung atau kata sambung. Demikianlah pengaruh nama cucu Rasulullah atau Ahlulbayt di Acheh. Sayangnya sepertinya orang Acheh sekarang mengingkari realitanya. Ada sedikit yang perlu dikoreksi tulisan DR Hasballah tersebut dimana kisah tentang Muhammad Hanafiah yang lain ibunya dengan Imam Hussein adalah keliru. Hal seperti itulah yang memerlukan penelitian, andaikata Acheh -Sumatra sudah terlepas dari penjajahan Hindunesia. Pastinya penelitian seperti itu terabaikan selama Penguasa Hindunesia masih bercokol di Tanah Rencong itu.


Imam Ali as tidak pernah memadukan Fatimah az Zahara sebagaimana Rasulullah juga tidak pernah memadukan Sity Khadijah bin Khuwailid. Tidak ada seorang wanitapun di jaman Rasulullah yang setara dengan Khadijah bin Khuwailid. Rasulullah dan Khadijah adalah pasangan yang ideal. Adalah hal yang sama Allah menganugerahkan seorang wanita pilihan kepada Imam ‘Ali bin Abi Thalib, Fatimah az Zahara bin Muhammad Rasulullah saww. Kapan juga Rasulullah berpoligami? Setelah meninggalnya Khadijah. Kapan Imam ‘Ali berpoligami? Setelah meninggalnya Fatimah. Justru itu sangat keliru ketika ada anggapan bahwa Fatimah merasa tidak enak ketika Muhammad bin Hanafiah ditempatkan atas paha kanan Rasulullah sementara Imam Hussein di paha kiri. Padahal Hanafiah belum exist ketika itu.


Disamping “jejak nama” kita juga menemukan jejak lainnya di Acheh - Sumatra seperti trian “Sedati” yang memukul dada. Ini adalah symbolisasi daripada kesedihan peristiwa Karbala. Saya yakin andaikata Acheh - Sumatra merdeka, akan ada pengembangan daripada tari Sedati tersebut, diantaranya tidak lagi kita peragakan tangannya kebawah serta membungkuk sepertinya terkesan bahwa bangsa Acheh - Sumatra akan menyerahkan kembali kekuasaannya kepada pihak musuh setelah setiap kali berjuang dengan semangat bajanya. Lihat akhir perjuangan Abu Daud di Beureueh, Beureunuen, Acheh - Pidie dan lihat juga perjuangan DR TGK Hasan Muhammad di Tiro, Acheh - Pidie juga, sepertinya akan mengalami nasib yang sama. Helsinki itu macam “Lamtehnya” Abu di Beureueh, kendatipun bukan gagasannya tapi pengikutnya yang terperangkap tipudaya musuh.


Sehubungan dengan hal ini semua, dapat diikuti penjelasan selanjutnya: ”Alif Lam Mim, Bangsa Rumawi telah dikalahkan di negara tetangga. Namun setelah mereka mengalami kekalahan, mereka akan mengalami kemenangan kembali pada sepuluh tahun kemudian. Soal kemenangan pertama dan kemenangan terakhir adalah urusan, Allah. Disa’at itu orang-orang beriman merasa gembira” (QS. Ar Rum 1 - 4)


Secara historis kita bingsa Acheh dapat menelusuri bagaimana bangsa Parsi itu mendapat pernyataan Allah sendiri yang dikuatkan lagi oleh Rasul Nya ketika para sahabat menanyakan pengertian daripada ayat 3 Surah Jum'at tersebut. Ketika bangsa Arab mengalahkan Parsi, mereka membawa tawanan Mada'in (Taisfun) itu ke Madinah. Umar bin Khattab memerintahkan kesemua tawanan wanita dijadikan hamba Muslim. Imam 'Ali melarang dan berkata bahwa puteri - puteri dikecualikan dan perlu dihormati. Dua orang putri yang cantik bernama Syahbanu dan Syahzanan adalah putri dari Raja Yardigerd yang harus dimuliakan. Umar bertanya kepada Imam 'Ali apa yang seharusnya dilakukan. Imam menjawab bahwa setiap mereka diperkenankan memilih suami dari orang Islam. Dari itu Syahzanan memilih Muhammad bin Abubakar, orang yang telah ”dibesarkan” oleh Imam 'Ali. Sedangkan Syahbanu memilih Imam Hussein bin 'Ali, cucu Rasulullah saww sendiri. Dari hasil perekawinan Cucu Rasulullah Hussein bin 'Ali dengan Syahbanu, putri Parsi inilah kelak yang membawa keturunan cikal - bakal dalam bangsa Parsi yang dapat kita saksikan sampai hari ini, dimana mereka menggunakan sorban hitam sementara keturunan non Rasulullah mengenakan sorban putih. Hal ini memang sangat unik. Saya katakan unik disebabkan tidak ada seorangpun dari keturunan non Rasulullah yang memprotes persoalan sorban hitam dan putih itu, kecuali sepertinya suatu keyakinan juga agar identitas keluarga Rasulullah dapat di lestarikan sampai kiamat dunia. Disamping itu di Parsi (baca Iran dan Irak) juga terdapat gelar Ayatullah yang berarti ayat Allah untuk para ulama, dimana gelar seperti itu tidak kita dapati di kawasan lainnya. Dengan kata lain gelar tersebut hanya disandang oleh ulama-ulama Syi'ah Imamiyah 12 sebagaimana juga terdapat di Libanon sekarang.


Kemuliaan bangsa Parsi nampaknya difasilitasi oleh perpaduan keluarga Rasul yang 'Arabiy dengan bangsa Arya, ras unggul Jerman. 'Ali Zainal 'abidin bin Hussein bin 'Ali kembali ke Parsi, negeri bundanya Syahbanu. Setelah keluarga Rasul dibantai di Karbala, Kesimpulan apa yang dapat kita petik dari realita ini adalah kemuliaan yang disandang bangsa Parsi setelah mereka menerima Imam ’Ali pada masa hayat Nabi, bukan pada pemerintahan Harun Ar Rasyid sebagaimana disangkakan orang. Salman al Faraisi adalah seorang dari pengikut Imam ’Ali yang sangat setia dan ikhlas. Dia sampai ke derjah iman yang tertinggi setelah para Ahlulbayt dan para Imam yang diutus Allah paska berakhirnya era kenabian.


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia


SEJARAH PERJALANAN SALMAN AL FARISI MENEMUI KEBENARAN



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kelahiran dan pertumbuhannya:
Salman Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan Rasulullah saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saww. untuk menyatakan keislamannya. Dalam suatu kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb:

'Saya adalah anak muda Persia yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan. Ayah saya adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak lahir, saya adalah orang yang paling disayangi nya, kasih sayangnya kepada saya semakin hari semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan. Saya termasuk orang yang takwa dalam agama Majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam sepanjang hari dan sepanjang malam.

Ayah saya mempunyai ladang yang luas yang memberi kami penghidu pan yang cukup. Ayah saya selalu mengurusi dan memanennya sendiri. Di suatu hari, dia tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya: "Anakku! Ayah sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi ladang tersebut menggantikan Ayah." Lalu saya berangkat menuju ladang kami. Di tengah perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka yang sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak pernah tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena sepanjang usia saya selalu dipingit di dalam rumah oleh orangtua saya.

Setelah mendengar suara itu, saya masuk ingin mengetahui secara dekat apa yang sedang mereka lakukan. Setelah saya memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan dalam hati saya: "Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami". Saya tidak keluar dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi pergi ke ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?' Mereka menjawab, 'Dari daerah Syam.'

Setelah malam menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada saya apa yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati sekelompok orang yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik dengan cara mereka beribadah. Saya berada bersama mereka sampai matahari terbenam.' Ayah saya langsung marah mendengar tindakan saya dan dia mengatakan, 'Hai anak ku! Agama mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama itu.' Saya menjawab, 'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan saya itu, ayah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya di rumah dengan mengekang kaki saya.'

Berangkat ke negeri Syam:

Ketika saya mendapat kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya mengata kan,'Bila ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya diberi tahu.' Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam. Merekapun langsung memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki saya dan saya berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan akhirnya kami sampai di negeri Syam.

Setibanya di negeri Syam, saya bertanya, 'Siapa orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka men jawab, 'Uskup pengasuh gereja.' Saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini dan saya ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan beribadah bersama kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan menjadi pemban tunya.

Belum berlangsung lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia menyuruh pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala yang sangat besar. Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah, ternyata dia monopoli untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada fakir miskin sedikitpun. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak tujuh karung emas. Melihat keadaan itu, saya menaruh kebencian yang luarbiasa terhadapnya.

Ketika dia meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia menyuruh kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian kumpulkan, dia monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun kepada fakir miskin.' Mereka menjawab, 'Darimana kamu tahu?' Saya menjawab, 'Mari saya tunjukkan kepada kamu sekarang juga tempat penyim panan harta itu' Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada kami tempatnya.' Saya pun menun jukkannya dan mereka mene mukan tujuh karung emas dan perak. Setelah mereka melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'

Tidak lama kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya mengikutinya. Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan mengharap akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam membuat saya menyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika menjelang wafatnya, saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan! Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan siapa saya akan hidup sepeninggal kamu?' Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan. Dia tidak merubah-rubah dan mengganti- ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah orang itu.'

Sepeninggal teman saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di rumah beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si Polan hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu, dia memberitahukan kepa da saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia mengatakan kepada saya, kalau begi tu, tinggallah bersama saya. Sayapun tinggal bersama beliau, dan memang betul dia adalah orang baik.

Tidak lama kemudian, diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya kepada nya, 'Ya Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi saya sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa yang harus saya ikuti?' Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan, susullah dia ke sana'

Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya berangkat ke Nasibin mencari orang yang disebut kan itu. Saya menceritakan kepadanya kisah saya dan pesan teman saya sebelumnya. Dia mengata kan, 'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang teman saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian diapun menemui ajalnya.

Ketika menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui kondisi saya sebenar nya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?' Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan, carilah orang itu.' Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya kepadanya. Dia menjawab, 'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia. Ternyata memang dia orang baik seperti yang dikatakan orang sebelum nya. Selama saya tinggal bersama dia saya berhasil mendapatkan beberapa ekor sapi dan harta kekayaan lainnya. 

Pendeta Kristen memesan Salman mengikuti Nabi:

Kemudian orang tersebutpun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang kematian nya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa pesan Anda untuk saya lakukan?' Dia men jawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka bumi ini yang masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba, seorang nabi yang berasal dari keturunan Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab, dia akan hijrah dari tanah tumpah darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon kurma di antara dua gunung, dia mempunyai tanda kenabian yang sangat jelas, dia mau memakan hadiah tetapi tidak mau memakan sedekah, diantara bahunya terdapat cap kenabian. Jika Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.' Tidak lama kemudian diapun meninggal dunia, sayapun tinggal di kota Amuriah untuk beberapa waktu. 
Datang ke jazirah Arabia:

Ketika rombongan pedagang dari Suku Kalb - Arab - lintas di Amuriah, saya berkata kepada mere ka, 'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada kalian sapi dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa kamu.' Sayapun memberikan sapi dan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan merekapun membawa saya. Ketika saya sampai di Wadilqura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada seorang yahudi dan memperlakukan saya sebagai hambanya.

Suatu ketika, saudaranya dari suku Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke Yasrib (Madinah). Disana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya yang di Amuria, dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis bahwa inilah kota yang dimaksudkan itu. Sayapun tinggal brsama tuan saya di kota itu. Ketika itu Nabi saww. sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya tidak mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari sebagai budak.

Memeluk Islam:
Tidak berapa lama, Rasulullah saww. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di atas sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu, sedangkan tuan saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan menga takan kepadanya, 'Celaka besar atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkum pul di Kuba, menunggu seorang yang mengklaim dirinya sebagai seorang Nabi akan datang hari ini.' Setelah saya mendengar pembicaraan mereka itu, saya lang sung merinding kayak demam, saya gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari pohon kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda katakan? Tolong ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan memukul saya sekuat- kuatnya lalu mengatakan, 'Urusan apa kamu dengan berita itu? Kembali teruskan pekerja anmu!'

Di sore harinya, saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya, lalu saya berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Saya mende ngar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama teman-teman dari kejauhan memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit sedekah, nampaknya kamu lebih pantas menerimanya.' Lalu saya dekatkan kurma itu kepada mereka. Rasulullah saww. mengatakan kepada para Sahabat, 'Ma kanlah' sedang kan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan dalam hati saya, 'Ini dia satu tanda kenabian nya.'

Kemudian saya kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saww. berang kat dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Tampaknya Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai penghormatan kepada Anda.' Rasulul lahpun memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mere ka makan bersama-sama. Dalam hati saya berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua' 


Ketika Nabi berada di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi beliau dan melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan salam kepadanya, kemu dian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk melihat punggungnya, barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang dikatakan oleh teman saya di Amuriah.

Setelah Nabi melihat bahwa saya memperhatikan punggung beliau, dia mengerti tujuan saya, lalu dia mengangkat se lendangnya, ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa itulah cap kena bian, lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis. Melihat hal itu Rasulullah saww. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar saya perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya mem perdengar kannya. Mereka semua kagum dan gembira yang tiada taranya.

Salman masuk Islam dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat mulia. Mu dah-mudahan Allah akan mempertemukan kita kelak dengannya di pancutan Kautsar.

Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saww. pernah meletakkan tangannya di atas Salman, lalu bersabda: "Seandainya Iman itu berada nun jauh di bintang surayya, orang-orang dari kalangan ini sanggup menggapainya".


Baca juga yang ini:  http://aceh-darussalam.blogspot.no/2013/05/yang-bernama-aceh.html